Doddi Ahmad Fauji
SEKALIPUN
- Mengenang Amarzan Lubis
Kita tak pernah berkarib ria
namun betapa penyesalan ini telah menyelimuti seluruh langit
seakan gerhana total, tak menyisakan seutas pun cahaya
karena bahkan aku tak sempat mendengar raung sirine
yang mengantarkan-mu ke rumah cahaya
Kita tak pernah berpapasan, namun ingin kukatakan
kepahitan demi kepahitan telah kukunyah habis
jadi obat luka hati, meski kesakitanku tak kunjung sembuh
sejak luka hati tak terobati, aku mencandu filsafat pemberontakan
tiap kurasakan sesuatu tampak ganjil dan tak adil
aku akan melawan, sekalipun terhempas
Membaca kisah-mu, terasa benar mungil kelingkingku
terlalu berani untuk meruntuhkan tiang langit
hingga aku terpental dan terpuruk begitu dalam
tapi aku jadi tertawa, karena ada yang lebih gila
dari si pemurung ini, yang mengurung diri
bersama tumpukan sampah dan belatung
aku tertawa sekaligus menangis
bagaimana bisa seseorang bertahan hidup
dengan memanggang tikus di atas nyala lilin
lalu disantap dengan lahap
itulah sepenggal fragmen kegilaan-mu, Amarzan!
Bandung, 2019
Foto dari Majalah Tempo: tempo.co
0 Response to "SEKALIPUN - Mengenang Amrzan Lubis"
Posting Komentar