Ritus Hujan: Metafora Khas Nusantara
Mengantarkan buku antologi Ritus Hujan karya Heri Isnaini
Oleh Rebecca Fanany, Ph.D.
Sastra
Indonesia berakar panjang dalam genre
puisi. Sastra lama yang sebagian besarnya bersifat lisan termasuk puisi dalam
berbagai bentuk berikut kerangka metafora khas Nusantara yang meng-gambarkan
pengalaman masyarakatnya. Puisi dalam kumpulan Ritus Hujan oleh Heri Isnaini meneruskan tradisi ini lewat 106 buah
karya yang sebagian besarnya ditulis pada tahun 2015. Puisi ini kaya akan
metafora seperti puisi lama tapi dengan terampil menggunakan berbagai unsur
baru yang mengungkap pengalaman modern Indonesia.
Berbeda
pula dengan puisi lama, karya yang dikumpulkan dalam Ritus Hujan merupakan ungkapan free
verse yang murni. Di mana puisi tradisional lebih terikat pada bentuk yang
kaku dan teratur, karya dalam Ritus Hujan
merupakan ungkapan bebas yang menye-rupai alur pikiran pengarang yang melayang
ke mana-mana penuh perasaan dan makna.
Dalam
hal ini, puisi dalam karya Heri Isnaini ini sangat menarik karena memberikan
pandangan berbeda mengenai pengalaman hidup di Indonesia modern. Pilihan topik
dan cara penyair menyajikannya, meng-gambarkan alam Nusantara yang mirip dengan
puisi lama tapi memadukannya dengan berbagai unsur yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari di zaman ini. Karya seperti “Suasana Pagi,” “Kabut” dan beberapa
puisi tentang hujan sangat sesuai dengan pandangan alam serta metafora konvensional
yang menjadi bagian dari kerangka kognitif masyarakat Indonesia sejak dahulu
kala. Karya lain dalam kumpulan Heri ini mengenai cinta, hubungan antar manusia
serta reaksi terhadap dunia di sekitar pengarang yang menjadi inspirasinya
dalam berkarya. Unsur tradisional ini becampur dengan unsur modern dalam bentuk
yang sangat menarik dan memberikan gambaran baru tentang kehidupan di awal
zaman ke-21.
Silakan
menikmati puisi yang disajikan dalam Ritus
Hujan. Maknanya dalam dan tidak akan menge-cewakan. Sebaliknya, banyak
isinya yang kalau disimak akan menjadi bahan pemikiran yang sulit terlupakan.
Sehingga Ritus Hujan pantas mendapat
tempat dalam khazanah sastra Indonesia modern sebagai karya yang mampu
menggambarkan kehidupan zaman kita dengan emosi yang mudah dikenal tapi sulit
diungkapkan bagi kita yang bukan penyair.
Rebecca Fanany, Ph.D.
lahir di New York pada 10 Februari 1963 tapi sudah lebih dari 20 tahun tinggal
dan bekerja di Australia. Sekarang menjadi kepala program Bahasa di Deakin
University di Melbourne dan sekaligus Direktur Diploma of Language. Di samping
tugas administrasi, dia mengajarkan Bahasa dan kajian Indonesia serta
membimbing mahasiswa tingkat Ph.D. Dia lebih 30 tahun menjadi penerjemah
profesional dan sampai sekarang menjadi satu-satunya penerima grant dari National Endowment for the Humanties (pemerintah Amerika Serikat)
untuk Bahasa Indonesia. Dia juga menjadi redaksi jurnal sastra internasional Aksara yang memuat karangan ilmiah
tentang sastra ilmiah di samping terjemahan, esei dan karya sastra asli.
0 Response to "Rebecca Fanany, Ph.D. : Ritus Hujan - Metafora Khas Nusantara"
Posting Komentar