2. Metafora
Majas metafora adalah perbandingan yang dilakukan secara analogis. Penggunaan kata atau kelompok kata, tidak dimaksudkan sebagaimana maksud aslinya. Metafora sering kali terbalik-balik denan idiom, disebabkan keduanya sama-sama menggunakan kelompol kata, yang maksudnya tidak sama persis dengan kata yang dikelompokkannya itu. Pembe-danya adalah, makna yang dilahirkan idiom, nyaris tidak berkaitan dengan kata-kata yang dijadikan idiom, sedangkan makna yang ditimbulkan oleh metafora, masih ada kaitan dengan kata-kata yang digunakan untuk menyusun metafora.
Contoh idiom:
Kambing hitam, maksudnya adalah orang yang dikorbankan.
Tampak sekali, maksud ‘orang yang dikorbankan’, tidak berkaitan dengan makna kata kambing, mapun makna kata hitam.
Contoh metafora:
Bunga desa, maksudnya adalah, perempuan paling cantik di sebuah desa.
Perempuan cantik itu, diumpamakan, atau diibaratkan dengan bunga yang memang indah, dan tampak cantik saat bunga itu mekar. Jadi kata ‘bunga’ dengan ‘cantik’ memiliki kedekatan makna.
3. Personifikasi
Majas personifikasi berusaha membandingkan benda-benda yang bukan manusia, namun diibaratkan bagai manusia.
Contoh:
Tadi malam, langit menumpahkan hujan.
Pohon-pohon jatuh bergelimpangan.
Setelah gempa, kembang-kembang sekan tiarap.
4. Alegori
Majas alegori hendak menyatakan sesuatu, namun disampaikan melalui penggambaran atau cerita yang lain, yang di dalamnya terdapat kesetaraan makna. Bisa juga dikatakan, alegori adalah majas perbandingan yang menautkan sesuatu terhap yang lainnya, guna mendapatkan gambaran yang lebih hidup.
Majas Alegori banyak digunakan oleh para penyair, untuk meningkatkan nilai imaji. Seperti dipaparkan pada sub-imajinsi di bagian atas, saya tegaskan, kehadiran imajinasi dalam puisi, menempati posisi yang amat penting, karena tanpa imajinasi, sebuah puisi akan sulit dihayati emosinya. Beberapa penyair sering memanfaatkan majas alegori, untuk memainkan imajinasi. Penyair senior paling kental dengan majas alegori, adalah penyair Sapardi Djoko Damono dan Acep Zamzam Noor.
Contoh pemanfaatan Majas Alegori dalam puisi.
Sapardi Djoko Damono
AKU INGIN
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
5. Simile
Majas simile hampir serupa dengan majas perumpama-an, karena sama-sama menggunakan kata tugas umpama, seperti, bagaikan, dll. Bedanya, perbandingan dalam simile, dilakukan secara eksplisit.
Contoh:
Jika kau hendak menjadi perahu, aku akan menjadi angin yang siap menebak layarmu agar melaju cepat.
6. Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu atau objek, dengan menggunakan benda-benda, binatang, tumbuhan, simbol, atau lambang-lambang.
Contoh:
Dialah melati, yang mengharumkan kehidupanku.
Percuma memberikan kepercayaan kepada bunglon.
7. Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri, merk, atribut, atau ciri khas sebuah produk, guna menggantikan benda yang dimaksud.
Contoh:
Belikan ayah Aqua.
Penjelasan: Penyebutan merk Aqua, adalah guna meng-gantikan minuman kemasan dalam botol atau galon. Sebenar-nya minuman mineral kemasan dalam botol, bukan hanya ber-merk Aqua. Namun karena Aqua sebagai perintis dalam usaha minuman air kemasan di tanah air, jadilah merk tersebut selalu disebut sebagai simbol untuk mempermudah menyebut air minuman kemasan.
Contoh lainnya, adalah menyebutkan merk rokok untuk mengganti benda bernama rokok itu sendiri. Menyebutkan merk Honda untuk seluruh sepeda motor roda dua yang tidak menggunakan kopling, dan masih banyak lagi contohnya.
8. Sinekdoke
Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan sebagian atau bagian untuk menyatakan keseluruhan, atau sebaliknya. Majas sinekdok di bagi menjadi dua jenis.
a. Pars pro toto, yang menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
Contoh:
Tolong bawakan baju cadangan untuk saya. (menyebut kata baju, padahal maksudnya seluruh pakaian, termasuk celana, kaos kaki, dll.).
Ada 17 ekor yang disembelih pada Qurban tahun lalu.
b. Totem pro parto, yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
Contoh:
Final sepakbola, akan berhadapan Desa Sukaasih lawan Desa Karihkil (Satu desa disebut, padahal yang dimaksud hanya satu tim sepakbola saja).
Kopi yang ini rasanya tidak enak (seakan seluruh kopi tidak enak, tapi maksudnya, hanya merk kopi yang diminum).
2.b. Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah gaya bahasa yang ditulis dengan maksud menyatakan pertentangan makna, dari apa yang disampaikan si penulis atau si pembicara, dengan tujuan untuk melahirkan kesan dan pengaruh yang lebih kuat, kepada pembaca atau pendengar.
Jenis-jenis majas yang masuk ke dalam katefoti pertentangan.
1. Antitesis
Antitesis ditulis dengan menggunakangan pasangan kata yang berlawanan artinya, namun dituliskan bergandengan atau berdekatan.
Contoh:
- Di jaman sekarang, laki-laki dan perempuan punya hak yang sama dalam mengenyam pendidikan.
- Siang malam ia terus membanting tulang.
2. Paradoks
Majas yang mengandung pertentangan, antara pernyataan yang disampaikan, dengan fakta yang sebenarnya.
Contoh:
- Bagi-mu yang dihardik kesepian di tengah keramaian, bertamulah ke ruang batinku.
- Ada yang didera kelaparan saat dihelat pesta pora.
3. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang hendak menyatakan makna berlebihan dari kenyataan yang sebenarnya, tentu guna mela-hirkan kesan mendalam dan meminta perhatian lebih. Hiper-bola termasuk majas yang banyak digunakan oleh penyair.
Contoh:
- Suara penyair itu menggeram seperti singa, saat ia membacakan puisinya yang bernada protes.
- Tujuh benua, tujuh samudra, dan tujuh lapis langit, telah kujelajahi.
4. Litotes
Litotes adalah majas pernyataan yangg memperkecil sesuatu atau melemahkan, namun dinyatakan melalui kebalikannya, dengan tujuan untuk merendah.
Contoh:
- Saya hanya orang udik yang jauh dari pendidikan.
- Mampirlah ke gubuk kami, semoga berkenan.
Eufemisme
2.c. Majas Penegasan
Majas penegasan dibuat untuk menyatakan penegasan, guna meningkatkan kesan atau impresi, sertapa pengaruhnya terhadap pembaca atau pendengar. Setidaknya ada tujug majas yang masuk ke dalam kategori Majas Penegasan, seperti dirinci di bawah.
1. Pleonasme
Pleonasme adalah majas penegasan dengan menggunakan kata-kata yang sudah cukup jelas. Tanpa penegasan pun, arti yang dimaksud sudah dapat dipahami, milsanya pada frase ‘turun ke bawah.’ Sudah pasti bahwa yang namanya turun, pasti ke bawah.
Contoh:
- Pencuri masuk ke dalam rumah, ketika si pemilik rumah sudah menutupkan kelopak matanya.
- Mereka membungkukkan badannya hingga ke bawah.
2. Repetisi
Repitisi adalah majalah pengulangan kata atau kelompok kata, guna melahirkan penegasan, bahwa betapa penting apa yang dituliskan, atau apa yang diucapkan. Majas ini cukup sering digunakan oleh para penyair, baik pengulangan di awal, di tengah, atau di akhir larik.
Contoh:
- Aku marah. Namun dari langit, kudengar suara: sabar, sabar, sabar!
- Mari kita satukan jarak dan waktu, kita satukan jiwa dan batin, dalam panji yang sama.
3. Paralelisme
Paralelisme dengan repetisi hampir serupa. Keduanya sama-sama melakukan pengulangan. Dalam Repetisi, pengu-langan dilakukan pada kata atau kelompok kata, sedangkan dalam paralelisme, pengulangan terjadi pada sebuah konsep atau pengertian. Paralelisme juga sering muncul dalam puisi.
Contoh:
Cinta bermula dari rasa suka.
Cinta adalah perasaan ingin memiliki yang disukai.
Cinta yang tulus, tidak akan mengekang.
4. Pertautan
Pertautan adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kata yang dalam sebuah kalimat, atau kata-katanya berbeda, namun memiliki kedekatan makna atau bersinonim.
Contoh:
- Tidak, tidak, sungguh tidak terlintas dalam pikiranku untuk melakukan perbuatan sekeji itu.
- Mari kita hargai hasil kesepakatan, rembugan, dan rapat yang sudah kita lakukan.
5. Klimaks
Klimaks adalah majas penegasan dengan menyebutkan rentetan kata, yang terus meningkat baik secara kuantitas, maupun kualitasnya.
Contoh:
- Aku, kami, dan kita semua yang ada di sini, akan mendapatkan bagiannya masing-masing.
- Acara itu dihadiri oleh para Ketua RT, RW, Lurah, Camat, hingga Walikota.
6. Anti klimaks
Anti klimaks adalah kebalikan dari klimaks, merentetkan kata dari yang tertinggi atau terbesar kualitasnya, menurun ke tingkat yang lebih rendah atau kecil.
Contoh:
- Baik Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah, hanya punya satu suara dalam pemilu.
- Profesor, doktor, magister, sarjana sebaiknya ikut dalam ikatan alumni di masing-masing kampusnya.
7. Rerotik
Retorik adalah majas yang dibuat dengan menggunakan kalimat tanya, namun tak memerlukan jawaban, sebab jawabannya memang sudah pasti. Retorik banyak digunakan oleh penyair, untuk memperkuat daya gugah puisinya.
Contoh:
- Bukankah negara Republik itu artinya kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat?
- Manusia mana yang tidak akan mati?
2.d. Majas Sindiran
Majas sindiran banyak digunakan oleh berbagai kalangan, termasuk para penyair, juga banyak dimuat dalam berbagai karya seni, seperti wayang, pantun, gurindam, pidato para ustad atau tokoh-tokoh lainnya. Sindiran disampaikan, supaya teguran yang ingin disampaikan, terasa lebih halus, dan diharapkan tidak menyinggung perasaan yang disindir, serta tidak terlalu menyudutkan, bila sindiran itu bermaksud menge-ritik atau mengoreksi pihak lain.
Majas-majas yang masuk ke dalam rumpun sindiran, antara lain di paparkan di bawah ini.
1. Ironi
Ironi adalah majas untuk menyindir sesuatu atau pihak tertentu, yang disampaikan dengan cata menuliskan kata atau mengucapkan kalimat yang berseberangan maknanya, atau menjadi kebalikannya.
Contoh:
Demi gedung-gedung yang berebut mencakari langit, demi demonstran dan aparat yang berjabat hati dengan peluru, aku mencintaimu, tapi ternyata hanya mencintai tanah air yang dijajah para pencoleng.
2. Sinisme
Sinisme adalah majas yang disampaikan dengan bahasa yang ketus, dengan mempertegas ketidaksukaan terhadap pihak yang hendak dikritik. Para penyair yang mengangkat tema kritik sosial, sering menggunakan majas sinisme.
Contoh:
Diambil dari puisi Widji Thukul, yang sarat dengan sinisme.
Puisi Menolak Patuh
walau penguasa menyatakan keadaan darurat
dan memberlakukan jam malam
kegembiraanku tak akan berubah
seperti kupu-kupu
sayapnya tetap indah
meski air kali keruh
pertarungan para jendral
tak ada sangkut pautnya
dengan kebahagiaanku
seperti cuaca yang kacau
hujan angin kencang serta terik panas
tidak akan mempersempit atau memperluas langit
lapar tetap lapar
tentara di jalan-jalan raya
pidato kenegaraan atau siaran pemerintah
tentang kenaikkan pendapatan rakyat
tidak akan mengubah lapar
dan terbitnya kata-kata dalam diriku
tak bisa dicegah
bagaimana kau akan membungkamku?
penjara sekalipun
tak bakal mampu
mendidikku jadi patuh
17 januari 97
3. Sarkasme
Sarkasme adalah sindiran yang paling keras, dan sudah mendekati cacian. Majas ini biasanya diekspresikan oleh orang yang sedang dirasuki kemarahan.
Contoh:
pulanglah nang
jangan dolanan sama si kuncung
si kuncung memang nakal
nanti bajumu kotor lagi
disirami air selokan
Penggalan dari puisi berjudul Pulanglah Nang, karya Widji Thukul
Demikianlah uraian mengenai majas atau gayabahasa, yang merupakan salah satu unsur pembentuk Raga Puisi.
0 Response to "METAFORA"
Posting Komentar