Pilihan Editor

Sang Pendidik Dalam Untaian Syair

"Sang Pendidik dalam Untaian Syair" adalah sebuah karya yang menghimpun puisi-puisi yang menggambarkan dedikasi dan peran penting ...

MAJAS DALAM PUISI (Bab II Raga Puisi)

*C.2 Majas*

Seperti daun-daun yang luruh, ranting-ranting
Yang lepas oleh angin. Demikianlah kutempatkan diriku
Asing dan sepi di antara tembok-tembok tua

Ada yang menjapri saya, mengatakan tak menyukai puisi. Namun, saat membaca penggalan puisi di atas, yang saya kirim ke sebuah grup WA, dia bilang, puisi itu menyentuh hati. “Bisakah mengirimi saya yang lengkapnya?”
Penggalan puisi di atas, merupakan karya Acep Zamzam Noor, yang berjudul ‘Senza Titolo’, dimuatkan dalam antologi “Di Atas Umbria”.

Kenapa penggalan puisi di atas bisa menyentuh hati orang yang semula tidak suka puisi? Karena penggalan puisi itu, berhasil menggambarkan perasaan terasing dan kesepian yang dialami si penyair, yang bisa jadi, pernah dialami pula oleh si pembaca yang menjapri saya.

Perasaan terasing dan kesepian itu, digambarkan oleh si penyair melalui perumpamaan, yang menyamakan antara kesepian si penyair, dengan suasana alam yang sepi, yang dideskripsikan melalui ‘duan-daun yang luruh, ranting-ranting yang lepas oleh angin.’

Saya sendiri, ketika membaca penggalan puisi tersebut, menangkap suasana alam yang lebih dari sunyi, tapi terasa mencekam akibat angin puting beliung, atau bencana alam lainnya, yang membuat daun-daun dan reranting berjatuhan. Beberapa video tentang suasana alam yang mencekam itu, belakangan ini sering ditayangkan lewat youtube, atau sarana sosmed lainnya. Penggalan puisi di atas, berhasil memotret suasana alam yang murung lewat kata-kata, berkat adanya majas yang berhasil dihadirkan oleh si penyair.

Salah satu fungsi majas, adalah untuk memperkaya imajinasi dalam karya tulis, selain tentu untuk memperindah kalimat-kalimat itu sendiri. Secara definitif, majas atau gaya bahasa --dalam bahasa Inggris disebut figurative language--, adalah bahasa yang digaya-gayakan, supaya lebih indah, dengan tujuan akhir, untuk memperoleh efek atau impresi imajinatif, dan apresiator memperoleh gambaran yang lebih kongkret, akan sesuatu yang sedang dimajaskan itu.

Istilah majas, terkadang disebut dengan perumpamaan, atau permisalan, atau kiasan, disebabkan kebanyakan majas, berfungsi untuk membandingkan dua hal yang beda, supaya memiliki kemiripan, atau mengumpamakan sesuatu, terhadap yang lainnya. Pada beberapa kamus online, salah satu sinonim untuk majas pun, menyebutnya dengan ‘perumpamaan’.

Majas itu banyak jenisnya. Prof. Henry Guntur Tarigan, dalam buku tentang Gaya Bahasa, merinci jenis majas, ternyata lebih dari 100 jenis. Selama ini, yang diajarkan di sekolah, jumlahnya sekisaran 40-an jenis. Dalam buku ini, tidak akan dibahas semua jenis permajasan. Pembahasan akan lebih detail pada beberapa majas, yang sering digunakan para penyair, dalam puisi-puisinya.

Meskipun jumlah majas itu banyak, namun para pakar terdahulu, sepertin JS Badudu, telah mengklasifikasikan majas ke dalam sifat dan fungsinya, yang mencakup empat kategori, yaitu: majas perbandingan, pertentangan,  pertautan, dan perulangan.

Secara garis besar, para pakar cenderung membedakan majas ke dalam empat golongan atau kelompok, di mana tiap-tiap kelompok, memiliki bagian-bagian atau anggotanya lagi.

Empat kelompok itu antara lain:
1. Majas Perbandingan
2. Majas Pertentangan
3. Majas Sindiran
4. Majas Perulangan

2.a. Majas Perbandingan

Majas perbandingan, adalah kata-kata yang disusun dengan maksud untuk menyatakan perbandingan, antara satu atau sesuatu terhadap yang lainnya. Dengan perbandingan tersebut, diharapkan terbentuk gambaran yang lebih jelas dan utuh, mengenai satu atau sesuatu yang dibandingkannya itu. Dilihat dari sifatnya, majas-majas yang masuk ke dalam kategori Perbandingan, adalah:

1. Perumpamaan
Majas perumpamaan, sering juga disebut dengan majas permisalan (amsal), yaitu majas yang membandingkan dua hal, yang secara hakikat adalah berbeda, namun coba dibandingkan, guna mendapatkan deskripsi yang lebih jelas. Majas perumpamaan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata tugas: seperti, laksana, bagai, bagaikan, sebagaimana, bak, umpama, seumpama, dll.

Contoh:
Kelakuannya, bagaikan air di daun keladi.
Seperti setrika di rumah laundry, begitulah ia mondar-mandir di sekitaran sini. (Bersambung)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAJAS DALAM PUISI (Bab II Raga Puisi)"

Posting Komentar