Menuliskan namamu pada sebilah sajak
aku rindu hari minggu, seperti juga rindu
sajak pada tafsir dan genggam tanganmu.
Meski. Barangkali, di situ ia jadi perahu
yang lalu karam, jadi pesawat dan jatuh
atau sama buruknya, jadi bungkus gorengan.
Menuliskan namamu pada genangan air
aku rindu musim hujan, seperti juga rindu
air pada wajah yang kotor, yang berminyak
yang berdebu dan yang baru bangun tidur.
Meski pada nantinya, ia diseret ke selokan
kemudian ditarik arus sungai ke pagut laut.
O. Siapa yang lebih dulu menulis namamu
di nisan batu. Aku rindu harum napasmu.
Bandung, 2010
*
Aku berbaring, di ranjang
menunggu getar pintu pada ketukan
tanganmu yang tertahan hujan.
Kau tahu, senja ini
bahaya bisa saja datang tiba-tiba
dan aku takut pada bayang di jendela.
Maka, mendekatlah
sebelum aku mengaku kalah
dan matamu benar-benar pecah.
Bandung, 2009
*
Apabila rindu, memuntahkan wajahmu
itu artinya, aku telah pergi jauh
bersamanya, meninggalkanmu.
Apabila rindu, memuntahkan wajahnya
maka, aku akan sedang dalam pelukanmu
menangisi kepergiannya.
Apabila rindu memuntahkan wajah kita
kau tahu artinya
:
tak ada.
Bandung, 2009
*
Aku titipkan harum
di telapak tanganmu yang tengadah
sebab mawar tak kunjung tumbuh
merekah di punggung sajadah.
Bandung, 2009
*
Aku memilih meminangmu
dengan puisi-puisiku, agar kelak
anak-anak kita benar-benar tahu
betapa hangat aku mencintaimu
bahkan jauh setelah maut
merampas tubuhku
dari pelukanmu.
Bandung, 2008
Dapatkan puisi-puisi Edwar lainnya melalui buku Surat untuk Kekasih, pemesanan buku melalui Sela Nurul Latifah di WA: 0853.8329.1384
0 Response to "5 PUISI ROMANTIS EDWAR MAULANA"
Posting Komentar