Semoga buku ini benar-benar bermanfaat
untuk proses kreatif menulis puisi.
Aku Cinta Pada-mu (1)
Bagi-mu yang menyimpan hamparan laut
Sebuah perahu akan berlabuh
Mengantarkan salam dan kasihku
Sebatang sungai akan mengalirkan
Kerinduan dan peluk-ciumku
Bagi-mu yang terlunta-lunta di belantara kota
Yang didera kelaparan di tengah pesta pora
Yang dihardik kesepian di tengah keramaian
Bertandanglah ke ruang batinku
Akan kuhibur kau dengan selarik puisi:
Aku cinta pada-mu!
Bandung, 1995 - 2017
Puisi tersebut, ditulis sejak tahun 1995, dan
berkali-kali direvisi, dan terakhir perevisian berlangsung pada 2017. Inilah
puisi yang pernah dimuat di beberapa media massa, baik surat kabar maupun
majalah. Ada sekira tiga judul puisi yang saya tulis, dimuatkan di beberapa
koran, termasuk di Majalah Sastra Horison, ketika Sutardji Calzoum Bachri masih
menjadi salah seorang Redaktur di sana.
Dengan dimuatkan di beberapa koran, untuk satu judul
puisi yang sama, berarti telah dinyatakan ‘lolos’ oleh beberapa redaktur
sastra, yang menjadi penjaga gawang estetika puisi di sana, dan dari situ, saya
menarik kesimpulan, jadi puisi seperti itu yang dinilai bagus. Penilaian bagus
menurut beberapa redaktur sastra itu, yang membuat saya merumuskan pola dalam
menulis puisi. Dengan pola itu, puisi-puisi makin banyak yang dimuat di koran,
membuat saya ikut dicatat sebagi Angkatan 2000 dalam karya Sastra, oleh
pengamat Korrie Layun Ramoan. Nah, pola itulah yang saya bukukan di sini.
Buku ini, coba membahas perpuisian, dari mulai istilah,
definisi, jenis, rancang bangun,
pemaknaan, jiwa dan raganya, hingga petunjuk-petunjuk praktis untuk menulis
puisi. Supaya penjelasannya lebih terarah, di beberapa bagian, saya sisipkan puisi
yang sesuai dengan pembahasan.
Buku ini juga dilengkapi oleh komentar, atau analisis
terhadap puisi, serta ada puisi-puisi yang saya edit, supaya tujuan atau maksud
puisi yang diedit itu, makin jelas arahnya.
Paparan di dalam buku ini, bukan untuk pamer keahlian, dalam mengutip pendapat para pakar.
Bukan saya tak percaya kepada pakar, namun saya ingin menghargai peribahasa
Mela-yu yang mengatakan, ‘pengalaman adalah guru yang terbaik’.
Jadi, isi buku ini, berasal dari pengalaman saya dalam membaca
dan memahami puisi orang lain, serta pengalaman saya dalam menulis puisi. Sederhananya,
buku ini adalah cara saya bersedekah, yaitu ‘Sedekah Pengalaman’.
Bagi para penulis puisi yang telah mahir, bolehlah kita
berbeda pengalaman, namun tetap saling menghormati. Jika membaca buku ini,
ternyata beda pendapat, beda jalan yang pernah ditempuh, segera kasih tahu
saya.
Sedangkan kepada para senior, tiada kata yang paling
ingin kuucapkan, selain kata ‘Terimakasih’ engkau telah hadir duluan, melangkah
duluan, hingga saya dapat berjalan dengan mengikuti jejak langkahmu. Semoga
jadi kebaikan bagi semua.
Semoga takaran dalam buku ini, dapat diterima dengan selera yang pas!
Bandung, 2019
Doddi Ahmad Fauji
0 Response to "MENGHIDUPKAN RUH PUISI (Pengantar)"
Posting Komentar